Wisuda 2014 ala YKS
Demam YKS (Yuk Keep Smile) sudah membahana dimana-mana. Orang tua, anak muda, bahkan anak-anak bisa joget koplo ala YKS di desa-desa. Di SMP Negeri 2 Ngimbang pun merasakan hal sama. Pada Kamis, (baca: Malam Jumat Legi) 5 Juni 2014 kemarin telah digelar wisuda bagi siswa kelas IX yang menyerupai tontonan televisi yang dipandu Deny Cagur di layar kaca kita. Hampir semua siswa kelas IX mengikuti wisuda yang dikemas ala YKS (baca: Yuk Keep Smile) di TRANSTV. Meskipun dikemas ala YKS, namun di banner tertulis 'Yuk Kita Selalu Senyum' untuk menghindari plagiatisme pada acara yang sebenarnya. Meskipun ada beberapa pertentangan dengan kemasan ala YKS ini, tetapi kegiatan ini tetap berlangsung. 'Kegiatan Wisuda adalah sesuatu yang formal dan bisa dikatakan sakral, karena kita melepas siswa untuk jenjang selanjutnya, tetapi kenapa dikemas cengengesan?' Ujar Pak Noto di sela-sela rapat persiapan wisuda yang digelar seminggu sebelum pelaksanaan. Namun secara umum selama kegiatan wisuda ini adalah kombinasi dari wisuda pada umumnya dan wisuda ala YKS.
Acara pada wisuda kali ini tersusun 5 segmen, bukan seperti susunan acara klasik (baca : Pra Acara, Inti, dan Pembukaan) seperti pada acara wisuda yang dilaksanakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Diantara segmen-segmen tersebut adalah : Kirab Pembuka, Sambutan Siswa, Tari dan Lagu, Sambutan dan Wisuda, dan Games dan Doorprize. Dan sesuai dari segmen-segmen tersebut, tentu saja segmen terakhir (Games dan Doorprize) lah yang paling mendapatkan perhatian dan atensi dari para penonton. Sebanyak 25 macam hadiah eksklusif yang sengaja dipersiapkan panitia untuk memeriahkan acara ini. Mulai dari wali murid, wisudawan, bahkan guru pun mendapatkan hadiah ini.
Beberapa koreksi membangun untuk Wisuda 2014 kali ini adalah:
- Gladi bersih mutlak diperlukan. Hal ini sangat perlu, mengingat banyaknya kegiatan dan acara yang terbagi atas beberapa segmen. Dan tim kreatif perlu untuk mem-fix-kan acara yang akan digelar dengan gladi bersih, sehingga kesalahan-kesalahan diatas panggung bisa diminimalisir.
- Inkonsistensi dalam format pengupahan panitia perlu dikaji ulang. Ada kegiatan yang dilabeli ikhlas beramal dan ada kegiatan yang diberi label berupah. Pada wisuda tahun 2013 yang diketuai Drs. Ichtiyar Budi Basuki diberi label ikhlas beramal, dengan dalih kegiatan ini dikerjakan banyak orang dan tidak memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Tapi untuk tahun 2014 masuk kegiatan dengan label berupah. Hal ini bisa berdampak negatif yakni terbentuknya wacana siapa yang jadi ketua pelaksana berhak menentukan label untuk kegiatannya. Dikawatirkan untuk selanjutnya ada label baru, yakni ada kegiatan basah dan ada kegiatan kering, yang ujung-ujungnya bisa memudarkan semangat dari panita yang melaksanakan.
- Untuk siswa putra memakai kemeja putih dengan celana hitam. Mungkin bila dilihat sudah bagus, tetapi kalau yang melihat kostum tersebut sudah pernah melihat kostum tahun 2013 maka hal ini bisa disebut penurunan. Tetapi sikap dan ketertiban siswa putra dalam menyukseskan wisuda tahun ini mendapatkan acungan jempol dari berbagai pihak. Betapa tidak, 90% dari mereka memakai sepatu pantofel yang tidak biasa mereka pakai. Tetapi mereka dengan serempak memakainya dan jarang terlihat wisudawan putra yang meninggalkan lokasi sebelum prosesi wisuda ini berakhir.
« Beranda | Selanjutnya »
Posting Komentar